Tips Cerdas Mendidik Anak Pra Remaja Tanpa Drama

Tips Cerdas Mendidik Anak Pra Remaja Tanpa Drama

Ketika anak masih bayi atau balita, orang tua lebih enteng menjaga dan mengontrol aktivitasnya. Tapi, banyak yang berubah ketika mereka beranjak remaja. Banyak kegiatan di luar tempat tinggal yang tidak sanggup Bunda lihat secara langsung.
Pengaruh lingkungan, disempurnakan bersama besarnya rasa dambakan menyadari memicu mereka kadangkala jadi sok tahu. Nah, terkecuali telah begini, enggak jarak Bunda dan anak-anak jadi puas berdebat ya.

Ya, anak ketika anak memasuki jaman pra remaja, kurang lebih 9-12 tahun, ini sanggup jadi langkah yang susah bagi anak dan orang tua. Anak-anak seusia ini tidak berpikir bersama jernih, dan pasti tidak dambakan diperlakukan seperti, anak kecil lagi. Di sisi lain, mereka belum bersikap matang layaknya remaja.

“Hal ini sanggup memicu kurangnya komunikasi pada orang tua dan anak, dan konflik,” kata guru Douglas Haddad, penulis The Ultimate Guide to Raising Teens and Tweens.

“Ada tiga hal yang paling di inginkan oleh remaja yakni untuk dicintai, didengarkan, dan dipahami. Jika Anda melakukannya bersama benar terhadap seorang anak, Anda akan membentuk ikatan yang tidak terputus seumur hidup,” kata Haddad, dikutip dari Irish Times.

Saat Bunda mulai kebingungan edukatif anak pra remaja, selanjutnya ini lima tips cerdas edukatif anak pra remaja tanpa drama: IDNPEDIA

1. Jangan ambil hati perilaku pra remaja
Bunda tidak perlu mengambil alih hati atau baper, selagi anak-anak menampik bercerita bersama orang tuanya. Merasa sedikit ditolak oleh anak merupakan hal yang lumrah kok. Jadi, tidak perlu bereaksi terlalu berlebih agar tak mengakibatkan kerusakan pertalian Bunda bersama anak pra remaja.

Menurut psikolog Dr.Tali Shenfield, anak pra remaja tidak melakukannya (perilaku) bersama sengaja. Otaknya mendorongnya untuk melacak kemerdekaan atau kemandirian sebagai bagian dari pertumbuhan alaminya.

Perhatiannya diarahkan kepada teman-temannya daripada orang tuanya, agar dia sanggup mulai mempelajari keterampilan yang dia butuhkan untuk membentuk pertalian pertemanan yang sehat.

“Biarkan dia mempunyai privasi selama jaman susah ini dan jangan mencoba memaksanya untuk terbuka bersama Anda. Terlalu memaksa anak Anda cuma akan membuatnya makin terasing dan memicu konflik selama jaman remaja,” tulis Shenfield, dikutip dari Advanced Psychology pendidikan pergaulan sehat yang diberikan remaja dapat dilakukan dengan cara .

2. Luangkan selagi bersama anak 1 atau 2 kali seminggu
Sebagai orang tua, perlu untuk menyisihkan selagi untuk menghabiskan selagi bersama anak 1-2 seminggu. Manfaatkan moment selanjutnya untuk memberikan perhatian penuh kepada anak pra remaja Bunda.

Hal ini tidak cuma akan membantu Bunda dan anak selalu dekat, tapi termasuk akan mengajarinya keterampilan interpersonal yang sanggup dia terapkan bersama teman-temannya. Oleh karena itu, bersama kerap berkumpul bersama keluarga, Bunda turut kurangi kuantitas konflik yang perlu anak hadapi. Ya, karena perselisihan rekan sebaya termasuk umumnya meningkat selama umur 9-12 tahun.

Baca Juga :
Yuk Ajari Anak 3 Cara Cegah Stigma Negatif dari COVID-19
3. Pancing anak bersama lebih dari satu pertanyaan
Saat kecil, barangkali anak masih puas dan rela cerita ketika dia ditanyakan pertanyaan simpel seperti, ‘Bagaimana tadi sekolahnya?’ atau’ Di sekolah ngapain saja?’

Namun, selagi anak menginjak umur pra remaja, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya barangkali mulai mengganggu dan bahkan menghakimi. Penting untuk diketahui bahwa pra remaja umumnya telah mulai kewalahan bersama semua pergantian yang berjalan di dalam tubuh dan kehidupan mereka. Pertanyaan selanjutnya akan bersama enteng membebani mereka tanpa sengaja.

Pendekatan terbaik yang sanggup dilakukan bersama pra remaja adalah memberitahu dia bahwa Bunda selalu ada terkecuali dia dambakan bicara, selanjutnya menunggu sampai dia terbuka. Saat dia melakukannya, gali atau pancing pertanyaan yang enteng dan penuh kasih untuk mendorongnya berkomunikasi lebih jauh.

4. Jangan menghakimi anak
Seperti sempat disinggung, remaja sedang lewat selagi yang sangat sensitif. Oleh karena itu mereka cenderung berasumsi kritik yang enteng sama sekali sebagai penilaian yang kasar. Ini meluas ke langkah mereka lihat komentar Bunda mengenai anak-anak lain juga.

“Misalnya, terkecuali Bunda sangat menilai bagaimana tidak benar satu rekan anak memakai pakaian atau berperilaku, dia barangkali khawatir Bunda akan sangat gawat terhadap langkah dia memakai pakaian dan berperilaku juga,” tulis Talu.

Jadi, minimalkan komentar layaknya itu. Pastikan untuk menggerakkan telaten bersama langkah yang tenang, konsisten, dan tidak menghakimi.) Selain itu, Bunda termasuk perlu terbuka untuk menyaksikan apa yang ditonton oleh anak pra remaja.

5. Jangan hindari percakapan yang sulit
Jangan hindari percakapan yang sulit. Jangan ganti topik diskusi ketika anak memasuki umur pra remaja. Hal ini karena anak di umur selanjutnya sanggup saja bereksperimen bersama obat-obatan, alkohol, dan rokok yang bahkan semuda 9 atau 10.

Memang, pusat John Hopkins melaporkan bahwa umur rata-rata 12-17 tahun, Mereka mulai minum adalah 13 tahun. Oleh karena itu, sangat perlu bagi Bunda untuk berbicara bersama anak pra remaja mengenai alkohol dan obat-obatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *